Laporan: Hari Setyowanto |
Dengan memanfaatkan kredit Pundi sebesar Rp 25 juta dari Bank Kalbar, pasangan suami istri Ramidar dan Wahid yang PNS mengelola usaha kerajinan berbahan baku akar keladi. Tak dinyana, usaha mereka beromset mencapai Rp 100 juta. Dari usahanya itu pula pasangan ini memiliki rumah dan enam rumah toko (ruko) yang per unitnya seharga Rp 55 juta. Mengapa mereka bisa sukses, padahal status mereka sebagai pengungsi asal Sambas? Apa rahasianya? Huru-hara atau kerusuhan selamanya tidak pernah membawa kebahagiaan, karena hanya melahirkan kesengsaraan. Hikmahnya saja yang acapkali diambil. Demikian juga dengan tragedi Sambas yang terjadi beberapa waktu lalu. Banyak keluarga harus meninggalkan segala sesuatu yang selama ini telah diperolehnya, termasuk dialami keluarga Wahid dan Ramidar. Pasangan suami istri, Wahid (36 tahun), mantan guru SD Negeri, kelahiran kota Sambas berdarah Madura dan Ramidar Wahid (34 tahun), asli Melayu Pontianak. Bagi pasangan suami istri ini kota Sambas selain menjadi kenangan buruk karena suami terkendala sebagai guru SD bersatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan istri kehilangan usaha, namun sebelum terjadi tragedi mengenaskan itu pernah pula merasakan nikmatnya berwirausaha. Apalagi, usaha mengelola toko kelontong dan sembilan bahan pokok (sembako) di dekat pelabuhan omsetnya sudah mencapai sekitar Rp 7 juta hingga Rp 10 juta per hari. Namun, kenangan buruk masa lalu bukan mengakhiri segalanya. Setelah 'hijrah' ke Pontianak Ramidar Wahid mengelola kerajinan dari akar keladi. Melalui perjuangan keras yang penuh liku-liku akhirnya usaha barunya ini mendapat respon pasar. "Awalnya saya belajar menganyam kerajinan ini dari akar keladi, setelah dua bulan belajar saya coba memberanikan diri berkreasi sendiri dan dengan modal seadanya mencoba meraih pasar," ucap Ramidar menuturkan kisah awal usaha barunya. Ketika memulai menawarkan usaha barunya tidak serta merta diterima pemasok, karena pada umumnya mereka sudah memiliki pelanggan sendiri meski harus diakui produk buatan Raamidar lebih berkualitas dibanding pemassok lama. Kondisi menjadi tantangan bagi dirinya. Dengan menganut prinsip air, yakni, bila sebuah batu terus-terusan ketetasan air pasti akan luluh juga. Demikian pula yang dilakukan Ramidar. Gayung bersambut Kian hari berkat ketekunan dan keuletannya serta kemauannyaa menikaktan mutu produk usaha kerajinan berbahan baku akar keladi mengalami perkembangan menarik. Bukan saja menarik pihak pembeli atau pelanggan dari sekitar Pontianak tapi juga pelanggan dari luar negeri. Bahkan pihak perbankan, dalam hal ini Bank Kalimantan Barat (Kalbar) yang memiliki jalinan kemitraan dengan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) memberi aprisiasi positif terhadap usaha yang dilakukan secara serius dan mempunyai peluang, seperti ditekuni Ramidar dan suaminya. Melalui program Kredit Pundi yang tak lain merupakan program kredit pinjaman lunak khusus bagi kalangan usaha kecil, Bank Kalbar menawarkan kredit ini kepada Ramidar yang mempekerjakan sebanyak 18 karyawan asal keluarga miskin. Saat kredit ini ditawarkan secara kebetulan Raamidar pun tengah membutuhkan dana tambahan bagi modal usahanya. "Ini seperti gayung bersambut, atau pucuk dicinta ulam pun tiba, saat kami perlu tambahan modal datanglah pinjaman kredit Pundi dari Bank Kalbar," ucap Ramidar. Ibu tiga orang anak ini pada tahun 2003 pertama memperoleh kredit Pundi sebesar Rp 25 juta dengan agunan rumah. Pinjaman tersebut dicicil per bulan Rp 900 ribu dengan dikenai bunga 1 persen. "Dengan Bank Kalbar kami merasa cocok, kerana mereka mengerti kami, sehingga berkat saling pengertian tersebut memberi ketenangan orang-orang seperti kami, kelas pengusaha kecil," aku pengusaha kecil yang menggaji karyawatinya rata-rata Rp 100 ribu yang diamini suaminya. Hasilnya pun terlihat, usaha Ramidar berkembang dan setiap hari Jumat pelanggan dari Malaysia datang barang-barang produk miliknya yang jika dinominalkan sekitar Rp 18 juta per bulan. Dengan berbagi peran, Ramidar sang istri sebagai merangkap Perancang Disain, Manager Produksi, Manajer Distribusi, sedang Wahid yang PNS bertindak sebagai Manajer Marketing, usaha merekaa terus berkembang. Tak salah jika omsetnya sudah mencapai Rp 100 juta. Selain sudah memiliki rumah dan 6 rumah toko (ruko) yang per unitnya seharga Rp 55 juta. "Semua ini berkah, dengan keadaan seperti sekarang kami berpaya untuk bisa mengembangkan usaha ini lebih baik lagi sehingga dapat menolong tenaga-tenaga potensial, khususnya anak-anak perempuan muda asal keluarga miskin di sekitar kami tinggal," tukas pengusaha yang tinggal di villa Ria Indah Tanjung Hulu, Pontianak Timur, Kalimantan Barat. HAR Keterangan foto: - Ramidar dan suaminya sekali turun membantu sekaligus mengontrol kualitas produk yang dihasilkan anak buahnya. (Foto: Oos). |
Home »
Peluang Usaha
» Wirausaha Kerajinan Akar Keladi Capai Omset Rp 100 Juta
Wirausaha Kerajinan Akar Keladi Capai Omset Rp 100 Juta
Label:
Peluang Usaha
0 komentar:
Post a Comment